TERTUTUP

Ada perasaan yang gak nyaman saat lo akhirnya memilih satu orang menjadi tempat untuk lo terbuka, seseorang yang pernah sempat memaksa dan menegur lo untuk lebih terbuka dan yang akhirnya lo percaya.

Aneh rasanya?

Lo berteman dengan semua orang, kadang lo menyebut diri lo sebagai bunglon karena seberapa hebatnya lo berteman dengan semua orang walaupun lo tidak terlalu terbuka dengan mereka. Lo sebut itu sebagai taktik untuk bertahan hidup di suatu perkumpulan.

Aneh rasanya.

Lo terbiasa untuk berteman baik dengan diri sendiri, lo cerita semua hal. Dari "bagaimana hari lo hari ini?" "bagaimana makan siang tadi?" "bagaimana meeting tadi?" "apakah ada orang yang menggangu lo akhir akhir ini?", lo ceritakan itu semua ke diri lo sendiri. Bukan ke orang lain. Bagi lo, orang lain gak akan mengerti lo.

Lo terbiasa dengan itu.

Lo berhasil membangun tembok tinggi untuk menyelamatkan diri lo dengan diri lo sendiri. Menjauh dari orang orang, atau setidaknya mereka tidak melihat siapa diri lo sebenarnya. Lo berbohong dengan semua orang tentang diri lo karena lo takut orang tau siapa lo sebenarnya dan di akhir hari mereka akan mensalah artikan lo. Bahkan orang terdekat lo tidak pernah lo kasih liat siapa diri lo. They might run away. Tapi lo sudah terbiasa dengan itu. Orang eventually akan pergi dari lo dan gakan kembali saat lo kasih liat siapa lo sebenarnya.

Ada perasaan yang gak nyaman saat lo akhirnya memilih satu orang menjadi tempat untuk lo terbuka, seseorang yang pernah sempat memaksa dan menegur lo untuk lebih terbuka dan yang akhirnya lo percaya. Lo gapernah terbiasa tentang itu, dan lo akan ulang itu terus. 

Tapi bukan karena rasa nyaman yang lo rasain saat itu, anehnya yang muncul adalah rasa takut, takut lo akan ditinggal sama orang tertentu, orang yang menarik bagi lo. Anehnya, lo mulai lengah untuk mencoba terbuka sedikit demi sedikit. Anehnya, lo selalu menerima salah paham itu dan selalu nyakitin hati lo tapi lo selalu telan itu semua. Anehnya, hari itu lo memilih untuk nyakitin diri lo sendiri yang susah payah lo lindungin untuk orang yang lo gak yakin pasti dia akan ada disitu terus atau tidak. Dan setiap malam setelah itu, lo selalu menyesal. Lalu lo menarik diri lo kembali ke tempat semula lo mulai. Gerak gerik lo penakut, kaya tikus yang terjaga didepan lubangnya. Sebentar lo lengah untuk keluar, lalu lo merasa tidak dimengerti lagi, lo kembali lagi ke lubang lo.

Lo gayakin pasti lo mau bener bener percaya apa engga, karena terakhir lo bener bener percaya, orang itu berubah ubah. Nyalahin lo. Selalu lo. Bahkan berulang kali orang itu mau meninggalkan lo. 

Di suatu pagi yang lo kira lo akan baik baik aja, lo membuka cerita lo seperti biasanya, sayangnya itu orang itu bilang itu suatu yang salah dan itu hanya buatan di pikiran lo. "Apa yang sudah gue lakukan?" itu kalimat ke seratus kali lo ulangin.

Lo akhirnya memilih untuk tidak akan lagi cerita tentang itu, tentang hal yang orang itu paksa untuk terbuka diceritakan.

"Apa semestinya memang gak semuanya lo buka?
Sesuatu yang gak semua orang bisa terima
Sesuatu yang gak semua orang bisa mengerti
Mungkin itu semua bukan salah lo
Mereka yang gabisa mengerti.

Karena lo hidup untuk disalah artikan.

Orang gapernah dan gak akan mengerti.
Lo udah selalu bilang ke diri lo sendiri, ga seharusnya lo terbuka sama orang. Bahkan siapapun termasuk orang terdekat lo. Karena mereka gak akan pernah mengerti apa yang lo ucapin.

Mungkin karena lo gak pintar menyampaikan. 
Makanya lo selalu disalah artikan.

Mungkin memang betul adanya, lo gak perlu mulai duluan.
Lo harusnya jadi patung aja yang diam.
Seperti dulu.
Lo cuman observe, dan ikut di bayang bayang orang.
Lo di belakang orang.
Orang tidak perlu tau dan kenal siapa lo.
Jadi orang yang tertutup itu bukan hal yang salah.
Justru terbukalah hal yang salah, semakin lo terbuka, semakin banyak orang yang akan salah mengerti lo. Semakin juga lo akan sakit hati, tahu betul orang tidak bisa menerima lo."

Itu akan selalu lo ulang terus menerus terus menerus karena lo merasa lo butuh, dan akan selalu jatuh ke lubang yang sama, dengan atas dasar percaya.

Comments

Popular Posts